Terminologi
“dokter” memberikan sejumlah predikat, tanggung jawab, dan peran-peran
eksistensial lainnya. Tanpa melupakan sisi dominan proses pembelajaran
dan pengembangan intelektual, seorang dokter juga pada prinsipnya
diamanahkan untuk menjalankan tugas-tugas antropososial dan
merealisasikan tanggung jawab individual kekhalifaan, mewujudkan
“kebenaran” dan keadilan, yang tentunya tidak akan terlepas pada konteks
dan realitas dimana dia berada. Dengan tetap mengindahkan tanggung
jawab dispilin keilmuan, maka entitas dokter haruslah mampu
mempertemukan konsepsi dunia kedokterannya dengan realitas masyarakat
hari ini.
Maka
adalah penting memahami secara benar konsepsi dan melakukan pembacaan
terhadap realitas yang terjadi didepan mata kita. Jika kita bawa pada
paradigma kedokteran, maka konsepsi dunia kedokteran adalah humanisasi,
sosialisme, penghargaan atas setiap nyawa, pembelajaran dan peningkatan
kualitas hidup, keseimbangan hak dan kewajiban tenaga medis dengan
pasien.
Sebagai
kaum intelektual, yang setiap saat mengkonsumsi pengetahuan akan
kehidupan sains, sosial, keadilan, kebenaran dan fungsi-fungsi
peradaban, maka profesi dokter memiliki tanggung jawab intelektual yang
tidak boleh dinafikkan, selain karena profesi ini telah menjelma menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, juga karena
intelektualitas merupakan salah satu parameter pencerahan kehidupan yang
didalamnya terkandung rahmat sekaligus amanah bagi yang memilikinya.
Berdasarkan
tinjauan historisnya, dunia kedokteran (pengobatan) pada awalnya
dipandang sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, sehingga dengan
asumsi tersebut, maka orang-orang yang terlibat dalam proses hidup dan
berlangsungnya dunia kedokteran kemudian dinisbahkan sebagai orang-orang
yang juga memiliki kemuliaan; baik pada kata, sikap maupun tabiat yang
dimilikinya. Dengan memandang profesi kedokteran sebagai pekerjaan yang
senantiasa bergelut untuk menutup pintu kematian dan membuka lebar-lebar
kesempatan untuk dapat mempertahankan dan meneruskan hidup seseorang,
maka berkembanglah kesepakatan sosial (social aggrement) akan urgensi
dari ilmu kedokteran sebagai salah satu prasyarat utama untuk dapat
mempertahankan hidup.
Pada
akhirnya, lambat namun pasti, profesi kedokteran seakan menjadi ilmu
pengetahuan utama (master of science), dimana setiap dokter dipandang
sebagai seorang jenius dan tahu segalanya dan semua orang akan berusaha
menjadi dan memegang peran besar dalam pekerjaan terhormat ini.
Komentar
Posting Komentar